PUISI BESERTA STRUKTUR DAN UNSUR INTRINSIK & EKSTRINSIK
TUGAS LAPORAN BACAAN PERTEMUAN MINGGU Ke – 10
[ PUISI BESERTA STRUKTUR DAN UNSUR INTRINSIK & EKSTRINSIK ]
MATA KULIAH PENGANTAR PENGKAJIAAN KESUSASTRAAN
Dosen Pengampu : Dr.Abdurahman,M.pd
Nama : Reni Putri Maiheni
NIM : 21016107
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2021
1.PENDAHULUAN
Pada dasarnya puisi adalah sebuah luapan ekspresi dari sebuah emosional Jiwa. Puisi biasanya berwujud stanza (paragrap) dan cantos (chapter) yang Didalamnya terdapat macam-macam struktur variasi seperti rhyme, metter, Imagery, allegory, figurative language dan lain sebagainya. Dari keragaman itu Puisi dikenal dengan kata Defamiliarization atau ketidakbiasaan dalam Penggunaan struktur kalimat yang biasa digunakan sehari- hari.
Puisi dikatakan sebagai karya sastra yang paling unik karena tercipta dari Kontemplasi terdalam penyairnya. Namun, dalam memahami maknanya, kita Mesti mengkaitkan puisi dengan riwayat pengarang serta kondisi yang menjadi Konteks penciptaan karya.
Berdasarkan ukurannya, puisi dapat dikatakan bahwa puisi adalah bentuk Karya sastra yang dapat menyampaikan aspek- aspek kehidupan secara dalam dan Luas dengan kata- kata yang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah Kata- kata yang digunakan dalam karya sastra yang lain.
2.PEMBAHASAN
A. PUISI
• Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Penulisan puisi dilakukan dengan bahasa yang cermat dan pilihan kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran orang akan pengalaman dan memberikan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan pemaknaan khusus.
Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam penulisannya. Perkembangan dan perubahan bentuk dan isi pada puisi selalu mengikuti perkembangan selera, perubahan konsep estetika dan kemajuan intelektual manusia. Puisi mampu membuat ekspresi dari pemikiran yang mempengaruhi perasaan dan meningkatkan imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Penyampaian puisi dilakukan dengan bahasa yang memiliki makna mendalam dan menarik. Isi di dalam puisi merupakan catatan dan perwakilan dari pengalaman penting yang dialami oleh manusia.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter, dan rima adalah yang mebedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan dan pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu, puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga bermacam-macam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zig zag, dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannya. Puisi kadang hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca, hal tersebut mungkin membuat puisi menjadi tidak atau kurang bisa dimengerti. Tetapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada batasan bagi seorang penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri, yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair aktif sekarang, baik pemula ataupun bukan, lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Jadi, puisi seharusnya merupakan seni yang memiliki perasaan ketika melantunkan dan menyelaraskan nya, sehingga pendengar dapat merasakan emosi dan berimajinasi tentang maksud puisi tersebut.
B. UNSUR INTRINSIK
Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur puisi yang membangun puisi dari dalam. Unsur intrinsik puisi ini masih terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu unsur fisik dan unsur batin.
Unsur Fisik Puisi
Yang dimaksud unsur fisik puisi merupakan sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Secara umum terdapat 6 unsur fisik puisi, yaitu diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima, dan topografi.
1. Diksi
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya. Puisi adalah bentuk karya sastra yang padat dengan sedikit kata-kata sehingga diksi atau pemilihan kata menjadi sangat penting dan krusial bagi nilai estetika puisi.
2. Imaji
Imaji adalah unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual) dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil).
3. Kata Konkret
Kata kongkret merupakan kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata konkret bersifat imajinatif sehingga memunculkan imaji, biasanya berhubungan dengan kata kiasan atau lambang.
4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas adalah penggunaan bahasa yang bersifat seolah-olah menghidupkan dan menimbulkan makna konotasi dengan menggunakan bahasa figuratif. Beberapa macam-macam majas yang sering digunakan Pada puisi misalnya seperti retorika, metafora, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, repetisi, anafora, antitesis, klimaks, antiklimaks, satire, paradoks dan lain-lain.
5. Rima
Rima atau irama merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah atau pada akhir baris puisi. Sementara ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.
6. Tipografi
Tipografi atau perwajahan adalah bentuk puisi yang dipenuhi dengan kata, tepi kiri kanan dan tidak memiliki pengaturan baris. Biasanya pada baris puisi tidak selalu diawali huruf besar (kapital) serta tidak diakhiri dengan tanda titik.
UNSUR BATIN PUISI
Unsur batin puisi merupakan unsur yang berkaitan dengan batin dalam pembacaan puisi. Secara umum ada 4 unsur batin puisi yakni tema, rasa, nada, dan amanat.
1. Tema
Tema adalah unsur utama pada puisi karena tema berkaitan erat dengan makna yang dihasilkan dari suatu puisi. Pada puisi, sebuah tema menjadi landasan dan garis besar dari isi puisi tersebut. 2. Rasa
Rasa atau feeling pada puisi merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial, pengalaman, dan psikologi penyair.
3. Nada
Yang dimaksud nada atau suasana pada puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa yang ditujukan penyair pada pembaca, bisa dengan nada menggurui, mendikte, nada sombong, nada tinggi atau seolah ingin bekerja sama dengan pembaca.
4. Amanat
Pada puisi, amanat atau tujuan merupakan pesan yang terkandung di dalam sebuah puisi. Amanat dapat ditemukan dengan memaknai puisi tersebut secara langsung atau tidak langsung.
Unsur Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur-unsur yang membentuk puisi dari luar. Unsur ekstrinsik pada puisi ini antara lain adalah unsur biografi, unsur nilai, dan unsur kemasyarakatan.
1.Unsur Biografi
Yang dimaksud unsur biografi yaitu latar belakang atau riwayat hidup dari penyair puisi. Tentunya pengalaman hidup dari penyair akan mempengaruhi karya puisi yang diciptakan.
2. Unsur Nilai
Dalam puisi selalu mengandung unsur nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Unsur nilai pada puisi bisa berupa nilai-nilai di bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, pendidikan dan lain-lain.
3. Unsur Masyarakat
Yang dimaksud unsur masyarakat ini adalah kondisi dan situasi sosial saat puisi ini dibuat. Unsur masyarakat bisa berupa keadaan lingkungan sekitar hingga situasi politik suatu negara yang bersangkutan.
Struktur Puisi
Struktur fisik puisi adalah metode penyampaian hakikat puisi, terdiri dari perwajahan puisi, diksi, imaji, kata konkret, majas, dan rima atau irama. Sementara itu, struktur batin puisi adalah tema puisi, rasa, nada, dan tujuan dibuatnya puisi
C. Jenis-jenis Puisi Menurut Zaman
1. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan-aturan itu antara lain:
• Jumlah kata dalam 1 baris;
• Jumlah baris dalam 1 bait;
• Persajakan (rima);
• Banyak suku kata tiap baris;
• Irama.
Ciri-ciri puisi lama adalah sebagai berikut:
• Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
• Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
• Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
2. Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri puisi baru adalah sebagai berikut:
• Bentuknya rapi, simetris;
• Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
• Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
• Sebagian besar puisi empat seuntai;
• Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
• Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata.
•
Jenis-jenis Puisi Menurut Bentuk
1. Distikon
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
2. Terzina
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
3. Kuatren
Kuatren, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
4. Kuint
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
5. Sekstet
Sekstet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
6. Septima
Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
7. Oktaf atau Stanza
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
8. Soneta
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai “Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
1. Puisi Mantra
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
• Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
• Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
• Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
2. Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama “Puisi Mbeling”. Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
3. Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
• Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
• Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
• Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
• Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).
3.PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan.
Menurut zamannya puisi di bagi menjadi 2 (dua), yaitu: puisi lama dan puisi baru. Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Puisi baru adalah puisi bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
B. Saran
Pelajarilah karya sastra dengan baik agar kita memperoleh pengetahuan tentang karya sastra terutama puisi.
DAFTAR PUSTAKA & REFERENSI
https://media.neliti.com/media/publications/148504-ID-none.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Puisi
http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/puisi
https://m.merdeka.com/jabar/unsur-unsur-puisi-beserta-penjelasannya-bentuk-karya-jadi-lebih-bermakna-kln.html?page=2
https://doc.lalacomputer.com/makalah-puisi/
http://ilhamberkuliah.blogspot.co.id/2015/09/makalah-puisi.html
http://nandarthulo.blogspot.co.id/2011/08/makalah-menganalisis-jenis-karya-sastra.html