GENDRE SASTRA MODERN

TUGAS LAPORAN BACAAN PERTEMUAN MINGGU Ke – 5
[ GENDRE SASTRA MODERN ]
MATA KULIAH PENGANTAR PENGKAJIAAN KESUSASTRAAN

Dosen Pengampu : Dr.Abdurahman,M.pd

Nama : Reni Putri Maiheni
NIM : 21016107

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2021
1.PENDAHULUAN

Genre sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu sastra imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra Non imajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk esai, kritik, biografi, Otobiografi, dan sejarah. Karya sastra imajinatif itu sendiri ialah karya prosa Fiksi termasuk di dalamnya cerpen, novelet, novel atau roman; puisi yang di Antaranya puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik; dan drama bentuknya Berupa drama komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi (Najid, 2003:12).
Dalam kesusastraan dikenal bermacam-macam jenis genre sastra. Menurut Warren dan Wellek (1995: 298) genre sastra bukanlah nama, karena konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya sastra membentuk ciri karya tersebut. Menurutnya,
Teori genre adalah suatu prinsip keteraturan. Sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan Tidak berdasarkan waktu dan tempat, tetapi berdasarkan tipe struktur atau susunan Sastra tertentu.
Dalam wujudnya syair lagu termasuk dalam genre sastra karena isinya yang menyerupai isi genre puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Dipaparkan oleh Teeuw (1983:11), bahwa puisi adalah sebuah aktualisasi atau realisasi tertentu dari sebuah sistem Kode dan konvensi. Dengan demikian syair lagu dapat disamakan dengan puisi, tetapi penyajiannya melalui nyanyian, yang termasuk dalam genre sastra imajinatif.
Lagu adalah sebuah alat komunikasi yang digunakan oleh pengarang untuk mengungkapkan perasaannya. Sama halnya dengan puisi dalam syair lagu digambarkan tentang isi hati serta perasaan seorang penulis. Biasanya syair lagu disebut juga dengan puisi yang dilagukan. Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara indah penyanyi.
Banyak puisi yang dinyanyikan oleh para penyanyi dengan suara
merdunya. Puisi yang dilagukan tersebut menunjukkan bahwa syair lagu merupakan bentuk dari puisi yang dilagukan. Puisi yang dilagukan tersebut, seperti lagu sajadah panjang yang dibawakan oleh Bimbo. Puisi karya Taufik Ismail itu diaransemen oleh Bimbo menjadi sebuah lagu yang indah untuk didengar.
Sebagai karya seni karya sastra tidak akan terlepas dari pengaruh aliran
yang melatarbelakangi lahirnya karya tersebut. Hal ini disadari atau tidak oleh pengarangnya, pengaruh aliran tersebut dapat dianalisis dalam karya sastra yang ditulisnya. Menurut Korrie Layun Rampan, aliran sastra dapat diartikan sebagai hasil ekspresi para sastrawan yang meyakini bahwa jenis sastra yang mereka ciptakan itulah hasil sastra yang paling cocok untuk zamannya. Jika hasil sastra sebelumnya dapat dianggap sastra konvensional, sastra yang mereka ciptakan kemudian dianggap sastra inkonvensional.
Teeuw (dalam Sugiarti, 2004: 67) menyatakan bahwa karya sastra tidak
lepas dari pengarang dalam masyarakatnya, karena karya sastra tidak hadir dalam kekosongan budaya, sehingga karya sastra tidak dapat lepas dari pengarang yang menulisnya. Pengarang tidak lepas dari pikiran atau pandangan dunia dan perkembangan zaman.

2. PEMBAHASAN

A. GENRE SASTRA MODERN

Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum, atau kategori pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan style, bentuk, atau isi. Istilah genre perlu diterapkan untuk pembagian jenis secara historis menjadi tragedy dan komedi. Plato dan aristoteles telah membagi ketiga kategori modern menurut “cara menirukan” (atau mewujudkan): puisi lirik adalah pesona penyair seendiri, dalam puisi epik (atau novel) pengarang berbicara sebagai dirinya sendiri, sebagai narator, dan membuat para tokohnya berbicara dalam wacana langsung (naratif campuran), sedangkan dalam drama, pengarang menghilang dibalik tokoh-tokohnya. Genre harus dilihat sebagai pengelompokan karya sastra, yang secara teoretis didasarkan pada bentuk luar (mantra atau struktur terrtentu) dan pada bentuk dalam (sikap, nada, tujuan, dan yang lebih kasar, isi, dan khayalak pembaca). Kita mungkin cenderung untuk tidak melanjutkan sejarah genre setelah abad ke-18, karena setelah abad ke-18, orang tidak mengharapkan lagi bahwa puisi di buat dengan struktur pola yang berulang.

B. KARAKTERISTIK SASTRA MODERN

Ciri-ciri sastra modern antara lain :
1) Tidak terikat oleh adat istiadat atau lebih fleksibel
2) Tema ceritanya rasional
3) Proses perkembangannya dinamis, yaitu melalui media cetak dan audiovisual
4) Tidak terikat dengan kaidah buku dan menggunakan bahasa yang lebih bebas
5) Mencantumkan nama pengarangnya
6) Berhubungan dengan kondisi social masyarakat

C. PEMBAGIAN GENRE SASTRA MODERN BERDASARKAN BERBAGAI PENDAPAT PAKAR SASTRA

Teeuw (1984: 110-113) juga mencatat pendapat beberapa pakar yang mempermasalahkan dinamika jenis sastra, sebagai berikut :
· Menurut Culler, pada asasnya fungsi konvensi jenis sastra ialah mengadakan perjanjian antara
penulis dan pembaca, agar terpenuhi harapan tertentu yang relevan, dan dengan demikian
dimungkinkan sekaligus penyesuaian dengan dan penyimpangan dari ragam keterpahaman yang
telah diterima.
· Menurut Todorov, batasan jenis sastra oleh karena itu merupakan suatu kian kemari yang terus
menerus antara deskripsi fakta-fakta dan abstraksi teori. setiap karya agung, per definisi,
menciptakan jenis sastranya sendiri. Setiap karya agung menetapkan terwujudnya dua jenis,
kenyataan dan norma, norma jenis yang dilampauinya yang menguasai sastra sebelumnya, dan
norma jenis yang diciptakannya.
· Menurut Claudio Guillen, jenis sastra adalah undangan atau tantangan untuk melahirkan wujud.
Konsep jenis memandang ke depan dan ke belakang sekaligus. Ke belakang ke karya sastra yang
sudah ada dan ke depan ke calon penulis.
· Demikian juga menurut Hans Robert Jausz, bahwa jenis sastra per definisi tidak bisa hidup untuk
selamanya, karya agung justru melampaui batas konvensi yang berlaku dan membuka
kemungkinan baru untuk perkembangan jenis sastra. Jenis sastra bukanlah sistem yang beku,
kaku, tetapi berubah terus, luwes dan lincah. Peneliti sastra harus mengikuti perkembangan itu
dalam penelitiannya. Teeuw menambahkan bahwa dalam penelitian sistem jenis sastra, tidak
ada garis pemisah yang jelas antara pendekatan diakronik dan sinkronik: karya sastra selalu
berada dalam ketegangan dengan karya-karya yang diciptakan sebelumnya.

Asia Padmopuspito (1991: 2) mengutip beberapa definisi genre sastra dari beberapa pakar sastra, antara lain sebagai berikut :
· Menurut Shipley, genre adalah jenis atau kelas yang di dalamnya termasuk karya sastra. Hasry Shaw menyatakan bahwa genre adalah kategori atau kelas usaha seni yang memiliki bentuk,teknik atau isi khusus. Di antara genre dalam sastra termasuk novel, cerita pendek, esai, epik,
dsb.

· Menurut Hirsch, cara terbaik untuk mendefinisikan genre ialah dengan melukiskan unsur-unsur
di dalam kelompok teks sempit yang mempunyai hubungan sejarah secara langsung.

D. CONTOH-CONTOH TEKS SASTRA MODERN

1) Puisi adalah, karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu
yang kosong tanpa makna.
2) Drama adalah, karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam bertingkah
laku yang dipentaskan dalam beberapa babak. Seni drama sering disebut seni teater.
3) Cerpen adalah, karangan pendek berbentuk prosa. Dalam cerpen dikisahkan sepenggal
kehidupan tokoh, baik yang mengharukan, menyedihkan. menggembirakan, atau berupa
pertikaian dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.

E. SITUASI BAHASA GENRE SASTRA MODERN

Dalam masyarakat modern sastra makin dilepaskan dari situasi komunikasi yang normal. Sastra menjadi urusan si pembaca secara sangat individual; buku adalah sesuatu yang dibaca, dinikmati, dinilai sendiri saja. Sastra adalah tulisan, ecriture, perkembangan sastra modern sangat dipengaruhi oleh perkembangan melek huruf. Obiechina, seorang ahli sastra Afrika Barat dalam analisa roman-roman Afrika Barat memberikan kupasan yang sangat baik tentang pengaruh melek huruf atas perkembangan novel sebagai jenis sastra. kemungkinan dan keperluan untuk menyimpang dan mengejutkan dalam sastra tulisan besar. Dapat dikatakan bahwa secara umum yang menjadi kriteria nilai yang tertinggi dalam dunia modern adalah yang baru. Semua baik, asal baru (bandingkanlah dunia periklanan yang mengeksploitasi kebutuhan manusia modern akan yang baru). Akibatnya dalam sastra modern kebebasan dan kebutuhan para seniman untuk merombak sistem sastra jauh lebih besar dan lebih radikal (yakni sampai akarnya) dari pada di jaman lampau. Sistem itu sendiri tidak jelas lagi, kabur dan kacau batasnya, demikian pula batas-batas jenis sastra. Hal itu jelas kelihatan di Indonesia; cerpen mini Arswendo Atmowiloto dan kawan-kawan, yang bukan cerpen lagi, sajak Sutardji Calzoum Bachri dan Sapardi Djoko Damono yang bukan sajak lagi, drama-drama yang sengaja dibebasskan dari “beban cerita”, dari rangka sastra (Ikranagara), roman yang bukan roman lagi, (Iwan Simatupang). Situasi ini menjadi lebih ruwet lagi oleh karena makin lama makin banyak pengarang yang menjadi ahli teori sasstra dan sebaliknya, pengarang sekarang secara insaf dan sadar merombak sistem, membebaskan diri dari ikatan konvensi, dari ikatan sistem bahasa dan sastra. Dimana-mana interaksi antara praktek sastra dan teori sastra makin erat dan kuat.

3. PENUTUP

 Kesimpulan

Pembelajaran sastra sangatlah penting terlebih pada jenjang Pendidikan Sekolah Dasar, karena di dalam pembelajaran sastra tersebut terdapat beberapa aspek humaniora yang dapat mengasah kepekaan sosial, ketajaman watak, serta dengan mempelajari sastra, seseorang dapat belajar bagaimana caranya mengharagai karya-karya orang lain, karena pada dasarnya sastra dapat membantu seseorang lebih memahami kehidupan dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Saran

Pembelajaran sastra dianggap tidaklah penting, karena pada jenjang pendidikan umumnya lebih mengedepankan serta mementingkan pembelajaran yang ilmiah dan bertehnologi. Padahal dengan adanya pembelajaran sastra dapat turut berperan dalam pembentukan kepribadian, watak, dan sikap yang tentunya akan lebih baik jika diterapkan sejak dini dalam tahapan jenjang Pendidikan Sekolah Dasar pada umumnya. Seharusnya Sastra dapat dioptimalkan pembelajarannya sehingga dapat diapresiasikan dengan baik.

Daftar Pustaka & Referensi

http://eprints.umm.ac.id/31252/1/jiptummb--azizatunni-27723-2-babi.pdf

http://sitinurakidah311.blogspot.com/2016/03/karya-sastra-modern-dan-klasik.html?m=1

Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Teeuw, A. 1989. Sastra Indonesia Modern II.

Teeuw, A., Sastera dan Ilmu Sastera, Jakarta:PT. Dunia Pustka Jaya, 1984.

wellek, rene dan ausntin warren. 2014.

https://rudijunti20.blogspot.com/2016/11/contoh-makalah-jenis-jenis-genre-sastra.html?m=1

Postingan Populer